Dr. Edi Patmini SS
September 2004
Di suatu sore yang cerah, Siti duduk di beranda depan rumah. Matanya tak berkedip menatap anak-anak yang bermain di halaman depan rumah.Tak terasa air mata menetes di pipinya. Cepat ia hapus dan ia palingkan muka, seolah takut tangisnya diketahui anak-anak itu.
Sudah 3 tahun sejak ia menikah, ia sangat merindukan kehadiran anak. Apalagi suami Siti jarang sekali berada di rumah. Bisa dalam satu bulan hanya satu minggu di rumah, selanjutnya sang suami pergi lagi. Andri, suami Siti bukan tidak ingin punya anak, tapi kesibukannya yang membuatnya kadang lupa. Siti pernah mengajaknya ke dokter untuk memeriksakan diri, tetapi waktunya yang sempit membuatnya urung melaksanakan niat itu.
Di beranda lain…..
Marni yang tengah menggendong Didi anaknya yang berumur 3 bulan, mencoba melerai Rian kakaknya yang berumur 2,5 tahun bertengkar dengan Sita adiknya yang berumur 1 tahun 2 bulan. Marni sebetulnya tahu, bahwa jarak melahirkan yang terlalu dekat itu tidak baik untuk kesehatannya di samping pengasuhan anak juga jadi tidak optimal. Namun Wardi, suami Marni tidak mengijinkan Marni menggunakan alat kontrasepsi apa pun. Pun ia tidak mau memakai kontrasepsi. Suaminya memilih untuk mencegah kehamilan dengan cara alami. Selama ini cara yang dipakai adalah coitus interruptus, mengeluarkan cairan sperma di luar. Namun ternyata hal ini tidak banyak membantu ….
Masalah yang dihadapi oleh Marni dan Siti, dihadapi pula oleh banyak keluarga yang lain. Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu memecahkan masalah mereka dengan melihat salah satu aspek yang penting yaitu masa subur.
Definisi dan pengertian
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti:
1. Perubahan suhu basal tubuh
2. Perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks)
3. Perubahan pada serviks
4. Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender)
5. Indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
Melalui pengalaman, fase subur dan fase tidak subur dalam siklus menstruasi dapat dinilai secara akurat dan pengetahuan ini dapat digunakan untuk merencanakan kehamilan dan menghindari kehamilan.
Sebelum membahas lebih jauh indikator-indikator tersebut ada baiknya kita mengenal secara ringkas fisiologi sperma dan siklus menstruasi.
Fisiologi sperma
Beberapa fakta tentang sperma:
1. Sperma dihasilkan oleh testis secara terus menerus.
2. Pada saat ejakulasi, sekitar 2 – 5 ml cairan semen dikeluarkan yang terdiri dari 100 juta sperma per ml.
3. Sperma akan hidup untuk 3 – 5 hari atau lebih lama dalam serviks perempuan bila ada lendir serviks yang
subur.
4. Penetrasi sperma akan dihalangi oleh lendir sperma yang tebal yang menutupi serviks selama masa tidak
subur. Sperma yang tinggal di vagina akan dirusak dalam beberapa jam oleh keasaman cairan vagina.
5. Sperma dapat pula ditemukan pada cairan yang dikeluarkan laki-laki sebelum terjadi ejakulasi. Dengan
alasan ini, coitus interuptus dapat pula menyebabkan terjadinya kehamilan bila dilakukan pada masa subur.
Dengan fakta di atas, maka disimpulkan bahwa seorang laki-laki selalu dalam keadaan subur, sedangkan kesuburan perempuan terjadi dalam suatu siklus.
Fisiologi siklus menstruasi
Panjang siklus bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan lebih dari 35 hari untuk siklus yang panjang.
Siklus menstruasi dibawah kontrol hormon seks.
Untuk memudahkan, siklus ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.
Fase sebelum ovulasi – dikontrol oleh FSH dan esterogen.
Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini akan meningkatkan produksi esterogen.
Pada saat kenaikan esterogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan – perubahan sebagai berikut:
- Endometrium (selaput lendir rahim) menebal.
- Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka.
- Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks menjadi lendir yang bersahabat dengan sperma.
- Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memberikan makanan pada sperma.
- Peningkatan cairan sampai dengan 10 kali peningkatan volume lendir.
- Lendir yang subur terdiri dari 98 % air – transparan, berkilat, licin, elastis yang disebut efek spinnbarkeit.
Struktur lendir yang subur bila dilihat dengan menggunakan nuclear magnetic resonance memperlihatkan jaringan yang jarang sehingga dapat dilewati oleh sperma.
Suhu menetap pada tingkat yang rendah.
Ketika esterogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari distimulasi untuk menghasilkan LH yang meningkat cepat yang kemudian akan menimbulkan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum ) dalam 36 jam kemudian.
Fase setelah ovulasi – dikontrol oleh progesterone
Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian folikel tersebut akan berkembang menjadi korpus luteum, yang memproduksi progesteron.
Di bawah pengaruh progesteron terjadi perubahan-perubahan:
- Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk menerima implantasi (penempelan) telur yang telah dibuahi
- Serviks memendek, keras, dan tertutup.
- Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk mencegah penetrasi sperma.
- Setelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan – jaringan filamen-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam
- Suhu akan meningkat sekitar 0,2 ˚C atau lebih.
Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut dan mati; progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mengalami disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.
Hari pertama menstruasi adalah hari pertama siklus. Hari-hari selanjutnya diberi nomer namun tidak termasuk hari pertama menstruasi berikutnya. Hari-hari setelah menstruasi merupakan hari-hari yang relatif tidak subur. Fase subur terjadi di sekitar ovulasi. Adanya lendir serviks menandakan mulainya fase subur, karena sperma dapat bertahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu ovulasi. Setelah ovulasi, kesuburan ditentukan dengan lamanya ovum bertahan hidup dan adanya kemungkinan terjadinya ovulasi kedua dalam 24 jam. Masa tidak subur setelah ovulasi ditentukan dengan kombinasi temperatur dan lendir kira-kira tiga hari setelah ovulasi. Fase ini akan berakhir sampai dimulainya menstruasi berikutnya. Fase setelah ovulasi ini paling efektif untuk menghindari kehamilan.
Variasi Panjang Siklus
Interval waktu antara ovulasi dengan waktu terjadinya menstruasi berikutnya biasanya tetap, yaitu sekitar 14 hari. Ketika lamanya siklus bervariasi, hal ini terjadi pada interval antara mulainya menstruasi dengan saat ovulasi.
Pada siklus yang pendek, misalnya 21 hari, ovulasi terjadi sekitar pada hari ketujuh dan di sini tidak ada fase tidak subur sebelum ovulasi. Sedangkan pada siklus yang panjang, misalnya 35 hari, ovulasi tidak akan terjadi sampai dengan hari ke 21, sehingga mempunyai hari-hari tidak subur sebelum ovulasi yang panjang.
Mengamati Perubahan Fisiologis
Kita dapat mengamati siklus mentruasi dengan mengamati perubahan fisiologis pada tubuh, dengan menggunakan kombinasi beberapa indikator kesuburan. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan hormonal dan status kesuburan secara akurat.
Metode yang paling efektif adalah dengan menggunakan pendekatan berbagai indikator biasanya perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks.
Indikator pertama- perubahan suhu
Peningkatan suhu menunjukkan adanya ovulasi. Peningkatan suhu yang menetap selama 3 hari mengindikasikan 48 jam setelah ovulasi dan menandakan dimulaiya fase tidak subur setelah ovulasi. Peningkatan suhu ini sekitar 0,2 ˚C atau lebih.
Pembacaan suhu tidak dapat menentukan dimulainya masa subur, sehingga tidak bisa digunakan untuk menentukan waktu yang tepat melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan.
Cara untuk menggunakan indikator pertama ini adalah:
1. Suhu diukur segera setelah bangun tidur sebelum bangkit dari tempat tidur dan melakukan aktivitas lainnya serta dilakukan lebih kurang pada waktu yang sama.
2. Waktu pengukuran yang bervariasi lebih dari 1 jam, harus dicatat.
3. Suhu diukur lewat mulut, vagina, atau anus.
a. Mulut. Ujung perak termometer diletakkan di bawah lidah dengan bibir tertutup selama lebih kurang 5 menit.
b. Vagina. Termometer dimasukkan ke vagina secara perlahan. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.
c. Anus. Dengan menggunakan jelly atau vaselin yang dioleskan di ujung termometer, termometer
dimasukkan ke anus dengan perlahan, dengan posisi berbaring pada salah satu sisi dan lutut ditarik ke
atas. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.
4. Untuk akurasi, bila salah satu metode telah dipilih untuk digunakan, maka sebaiknya tidak diganti sampai
dengan siklus berikutnya.
5. Grafik dibuat dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu dengan sebuah titik pada lokasi yang sesuai.
Titik-titik ini kemudian dihubungkan untuk membentuk sebuah grafik. Jika terjadi kelupaan pengukuran,
titik-titik tersebut tidak boleh disambung.
a. Termometer manual – jika air raksa berhenti di antara dua angka, angka yang terendah yang dicatat.
b. Termometer digital – hanya mencatat satu angka desimal
6. Termometer sebaiknya dibersihkan dengan kapas dan air dingin.
7. Grafik baru dimulai pada hari pertama menstruasi. Jika menstruasi mulai pada siang hari, hasil pengukuran
pada pagi harinya dipindahkan pada grafik yang baru.
8. Segala sesuatu yang tidak biasa seperti demam, tidur larut, kondisi sedang stress sebaiknya dicatat.
9. Sebaiknya memiliki dua buah termometer, untuk mengantisipasi bila termometernya pecah.
Interpretasi grafik suhu
Siklus dengan ovulasi ditandai dengan adanya grafik bifasik. Suhu akan berada pada tingkat yang rendah sampai dengan terjadinya ovulasi ketika peningkatan terjadi sekitar 0,2 ˚C atau lebih. Peningkatan ini biasanya terjadi secara tiba-tiba antara satu hari dengan hari berikutnya. Selanjutnya suhu akan menetap pada tingkat yang lebih tinggi sampai sebelum atau pada awal menstruasi selanjutnya.
Menentukan fase tidak subur setelah ovulasi
Jika kehamilan dihindari, hubungan seksual tidak dilakukan segera setelah perubahan suhu dicatat. Sel telur dapat dibuahi sampai dengan 12 jam setelah ovulasi dan kelonggaran harus dibuat untuk kemungkinan ovulasi yang kedua dalam 24 jam setelah ovulasi yang pertama.
Segera setelah tiga suhu pada level yang tinggi dicatat, maka sampai dengan akhir siklus, kondisi ini merupakan kondisi tidak subur.
Penggunaan garis horisontal untuk membantu menghindari kesalahan interpretasi ketika 6 suhu pada level yang rendah meragukan. Hal ini bisa terjadi misalnya pada menyusui, setelah menggunakan pil kontrasepsi atau pada waktu premenopause.
Dengan pengalaman dalam mencatat suhu ini, dapat dikenali bentuk garis horisontal dan range normal untuk fase suhu yang rendah dan fase pada suhu yang tinggi. Pengalaman ini dapat membantu menginterpretasikan grafik yang lebih sulit.
Variasi kenaikan dan perubahan suhu
Peningkatan suhu yang tiba-tiba merupakan bentuk yang paling sering ditemui, dengan suhu yang memperlihatkan peningkatan tajam antara satu hari dengan hari berikutnya.
Peningkatan suhu yang lambat yaitu suhu meningkat dengan lambat sampai beberapa hari.
Peningkatan suhu anak tangga yaitu peningkatan suhu yang bila digambarkan pada grafik akan membentuk beberapa anak tangga.
Peningkatan suhu gigi gergaji yaiu peningkatan suhu yang bila digmbarkan di grafik akan menggambarkan serangkaian suhu puncak dan lembah. Meskipun sangat jarang, bentuk ini lebih sulit diinterpretasikan.
Dengan menggambar garis horisontal pada suhu-suhu rendah, dapat mengidentifikasi permulaan peningkatan suhu. Fase tidak subur setelah ovulasi dimulai setelah suhu kelima telah dicatat.
Variasi hari terjadinya perubahan suhu
Panjang siklus akan bervariasi tetapi perubahan suhu terjadi 12 – 16 hari sebelum menstruasi berikutnya sehingga pada siklus yang pendek, peubahan suhu terjadi lebih awal, sedang pada siklus yang panjang terjadi kemudian. Panjang fase subur sebelum ovulasi akan bervariasi tetapi fase tidak subur setelah ovulasi cenderung tetap.
Peningkatan suhu
Peningkatan suhu terjadi bila pencatatan suhu 0,2 ˚C atau lebih di atas suhu-suhu beberapa hari sebelumnya. Peningkatan suhu ini dapat disebabkan karena minum alkohol, tidur terlalu larut, bangun terlalu siang, sakit atau stres Kadang-kadang tidak didapatkan penyebab yang nyata peningkatan suhu ini.
Ketika menginterpretasikan sebuah grafik, sering dibantu untuk melingkari kenaikan tajam, sehingga kelainan peningkatan tajam ini mudah dikenali.
Setiap terjadi kenaikan suhu yang tajam, akan lebih baik bila ada penjelasan tentang kenaikan suhu tersebut. Bila hanya satu kenaikan suhu yang tajam pada 6 suhu pada tingkat yang rendah, suhu tersebut dapat diabaikan. Bila lebih dari satu, sebaiknya ditunggu beberapa hari sampai posisinya menjadi normal kembali. Demikian juga bila terjadi gangguan yang mempengaruhi 3 suhu pada tingkat yang lebih tinggi, sebaiknya ditunggu suhu yang keempat untuk meyakinkan adanya infertilitas
Fase setelah ovulasi yang pendek
Jika fase ini kurang dari 9 hari, siklus akan merupakan siklus yang tidak subur karena tidak waktu yang cukup untuk implantasi. Namun hal ini hanya dapat diketahui secara restropekif.
Fase yang pendek ini dapat terjadi pada saat stres, menyusui atau premenopause
Siklus anovulasi
Siklus anovulasi, siklus yang terjadi tanpa ada ovulasi, ditandai dengan sebuah grafik monofasik yaitu suhu tetap pada satu tingkat pada seluruh siklus. Siklus ini lebih sering terjadi pada premenopause, setelah melahirkan dan setelah menggunakan pil kontrasepsi.
Indikator Kedua – Perubahan Lendir Serviks
Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui vulva (alat kelamin luar) dan dicatat setiap hari. Perubahan lendir dapat juga diamati pada serviks dimana lendir tersebut akan muncul sehari sebelum muncul di vulva. Perubahan ini mungkin dikaburkan dengan adanya cairan sperma, spermisida atau infeksi vagina.
Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan.
Sensasi
Sensasi sangat penting dan sering merupakan hal tersulit untuk dipelajari.
Penampakan
Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan basah dan bila ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat, mungkin berwarna putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah berubah
Tes Jari
Perubahan lendir serviks selama siklus mentruasi
Fase tidak subur sebelum ovulasi
Setelah menstruasi, dalam beberapa hari vulva dalam kondisi kering. Fase ini mungkin tidak ada bila siklusnya pendek dan akan panjang bila siklusnya panjang. Sensasi kering di vulva dan biasanya tidak ditemukan lendir.
Fase subur
Ketika esterogen meningkat, lendir serviks dapat dirasakan pada vulva. Pada mulanya akan memberikan sensasi lembab dan akan terdapat sejumlah kecil lendir yang berwarna putih atau krem. Pada tes dengan jari, lendir cenderung mempertahankan bentuk dan mudah pecah.
Pada fase transisi, jumlah lendir meningkat dan lendir dengan warna seperti awan dapat dilihat. Elastisitas rendah dan menimbulkan sensasi basah.
Pada saat mendekati ovulasi, lendir makin banyak dan mungkin jumlahnya bisa 10 kali lipat. Ini memberikan sensasi licin pada vulva. Penampakan seperti putih telur yang mentah, tipis, berair, dan transparan. Pada tes dengan jari, lendir yang sangat subur ini dapat ditarik sampai beberapa cm sebelum pecah.
Lendir yang subur menjaga kehidupan sperma, memberinya makan dan membiarkannya melalui serviks. Pada lendir ini, sperma dapat hidup sampai dengan 3 hari, bahkan pada kasus yang jarang dapat hidup sampai dengan 5 hari atau lebih.
Hari puncak
Hari puncak menunjukkan hari terakhir dimana lendir yang elastis, transparan terlihat atau dirasakan.
Fase tidak subur setelah ovulasi
Selama fase setelah ovulasi, setelah hari puncak, sensasi licin menghilang dan secara tiba-tiba kembali ke kering lagi. Gejala subyektif ini merefleksikan adanya progesteron, yang menebalkan lendir sehingga menyumbat serviks dan menghalangi masuknya sperma.
Pada pemeriksaan lendir serviks ini ada beberapa yang harus diingat:
- Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada seorang perempuan dengan perempuan lain dan pada satu siklus
dengan siklus yang lain.
- Setiap perubahan sensasi dan bahkan pada sejumlah kecil lendir harus diperhatikan.
- Jika menemukan kesulitan dalam mendeteksi lendir dari luar, kadang-kadang lebih mudah dikenali setelah
berolahraga atau setelah buang air besar.
- Kegel (gerakan mengerutkan otot panggul bagian bawah seperti menahan kencing) juga kadang membantu
pengeluaran lendir.
Mencatat perubahan lendir serviks
Mencatat lendir pada grafik suhu dan gejala
Lendir mesti diperhatikan selama seharian dan grafik diberi tanda setiap malam.
Setiap hari ketika darah sedang keluar, termasuk bercak, diberi tanda M (menstruasi).
Ketika merasakan sensasi kering pada vulva dan lendir tidak terlihat, diberi tanda K (kering).
Setiap hari ketika terlihat lendir yang putih atau krem diberi tanda L (lendir).
Setiap hari ketika terlihat lendir yang transparan, licin, diberi tanda S (subur).
Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
Sensasi : lembab, lengket, basah, licin
Penampakan pada tisu: putih, krem, berawan, atau transparan.
Pada lendir yang subur kadang-kadang terlihat bercak darah.
Tes dengan jari: lengket, membenang, atau elastis.
Hari Puncak
Hari ini ditandai dengan memberi tanda silang pada huruf S yang terakhir. Hari ini dapat diketahui secara restropektif. Pada hari selanjutnya akan terjadi perubahan lendir menjadi lebih tebal, putih dan lengket atau menjadi kering lagi.
Tanda-tanda tambahan
Tanda-tanda yang merupakan indikator minor ini juga dicatat.
Hubungan seksual
Karena cairan semen akan mempengaruhi konsistensi lendir, dicatat dalam grafik dengan melingkari nomornya.
Gambar berikut merupakan contoh pencatatan perubahan lendir serviks.
Indikator ketiga – perubahan pada serviks
Pengamatan pada serviks akan memberikan tambahan informasi dan sangat berguna bagi yang mempunyai siklus panjang, selama menyusui atau pada masa sebelum menopause. Perubahan pertama pada serviks sering terjadi satu atau dua hari sebelum perubahan pada lendir serviks dan dapat memberikan tanda awal sebelum masa subur. Pada umumnya memerlukan waktu dua atau tiga siklus agar dapat secara akurat mengenali perubahan panjang, posisi, konsistens, dan terbukanya serviks.
Perubahan pada serviks sebagai berikut:
- selama fase tidak subur sebelum ovulasi, serviks terletak rendah dalam vagina dan mudah dicapai oleh ujung
jari.
· Serviks panjang, miring, dan menempel pada dinding vaina.
· Terasa kaku, seperti ujung hidung.
· Mulut serviks tertutup, memberikan sensasi seperti lesung pipi ketika disentuh, dan terasa kering
- Selama masa subur, serviks naik ke atas dalam vagina.
· Serviks memendek, lurus, dan terletak di tengah vagina.
· Sulit disentuh. Jika teraba terasa lembu seperti meraba bibir bawah.
· Mulut serviks terbuka, sehingga dapat masuk ujung jari.
· Terasa basah dan terdapat lendir.
- Fase tidak subur setelah ovulasi, serviks akan kembali ke kondisi tidak subur dalam waktu 24– 48 jam
Memeriksa Serviks Sendiri
Perubahan serviks dapat dirasakan oleh ujung jari. Sentuhan yang lembut diperlukan untuk mengenali perubahan serviks dari hari ke hari.
Serviks sebaiknya diperiksa setiap hari pada waktu yang sama, misalnya sembari mandi pagi. Sebelum memeriksa, kandung kemih harus kosong (buang air kecil terlebih dahulu). Setiap kali pemeriksaan sebaiknya menggunakan posisi yang sama, baik berdiri dengan satu kaki dinaikkan (misal pada ditumpukan pada sisi bak mandi) atau jongkok. Tangan dicuci bersih dengan menggunakan sabun dan dikeringkan (kuku tangan harus pendek). Jika memungkinkan menggunakan sarung tangan yang telah disucihamakan. Jari telunjuk tangan kanan secara perlahan dimasukkan dalam vagina sampai teraba serviks.
Pada perabaan serviks terasa bola licin yang berlekuk, sedangkan vagina akan teraba lembut, lembab, dan berlekuk-lekuk.
Jika serviks sulit dicapai, rahim dapat didorong ke bawah dengan menekan perut bagian bawah sedikit tulang pubis dengan tangan kiri.
Dengan pengalaman, pemeriksaan hanya memakan waktu beberapa detik.
Untuk sebagian perempuan, kadang-kadang lebih mudah menggunakan dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) atau meminta pasangannya untuk memeriksa. Hal ini masing dimungkinkan, selama sepanjang siklus pemeriksaan dilakukan oleh orang yang sama dan dengan cara yang sama.
Berikut contoh pencatatan perubahan serviks pada grafik.
Indikator Keempat – Metode Kalender
Panjang siklus sebaiknya diukur dari hari pertama menstruasi sampai dengan menstruasi berikutnya, tetapi tidak termasuk hari pertamanya. Adanya bercak sebelum periode sebaiknya dimasukkan pada siklus sebelumnya. Hal ini akan membantu untuk menentukan panjang fase sebelum dan setelah ovulasi dengan lebih tepat.
Metode kalender ini berdasarkan pengetahuan bahwa ovulasi terjadi 12-16 hari sebelum menstruasi berikutnya tanpa memandang panjangnya siklus. Sebaiknya perhitungan dibuat dengan mengambil siklus terpendek dan terpanjang dalam satu tahun, minimal 6 bulan.
Dengan menganggap bahwa sperma dapat hidup di kelamin perempuan selama hari dan masa hidup sel telur 2 hari, maka diperoleh rumus sebagai berikut:
· Siklus terpendek – 20 = hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi
· Siklus terpanjang – 10 = hari terakhir masa subur
Contoh, panjang siklus selama 6 bulan terakhir adalah 28, 29, 28, 27, 30, dan 28. Maka hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi adalah hari ke 7 (27-20), dan hari terakhir masa subur adalah hari ke 20 (30-10).
Untuk mencegah kehamilan, pasangan dengan perhitungan di atas, disarankan untuk menghindari hubungan seksual pada hari ke 8 sampai dengan ke 20.
Metode kalender ini menghasilkan waktu yang panjang untuk menghindari hubungan seksual yang sebenarnya tidak perlu. Hal ini mengingat bahwa sekarang telah diketahui bahwa sel telur dapat dibuahi hanya dalam beberapa jam setelah ovulasi dan masa hidup sperma di kelamin perempuan bervariasi dan mungkin lebih dari 3 hari.
Meskipun metode ini tidak cukup bisa diandalkan untuk direkomendasikan sebagai indikator tunggal, namun pencatatan panjang siklus dan variasinya cukup penting.
Indikator Kelima – Indikator Minor Kesuburan
- Sakit karena ovulasi (Mittelschmerz pain) – rasa sakit yang tajam atau tumpul pada salah sisi perut bagian bawah selama beberapa jam.
- Gejala-gejala pada payudara – rasa kencang dan menggeleyar pada payudara dialami pada sekitar ovulasi.
Tanda-tanda ini tidak begitu kuat, tetapi berguna untuk meyakinkan hasil pengamatan.
Merencanakan Kehamilan
Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
- menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
- memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
- mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
- membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas
Penelitian menunjukkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kehamilan terbatas pada 5 hari sebelum dan sehari setelah peningkatan suhu. Hari yang paling subur ditemukan 2 hari sebelum perubahan suhu yang mendekati hari puncak lendir.
Pada pasangan yang normal, kehamilan mungkin terjadi pada setiap waktu pada masa subur tetapi hubunan seksual paling mungkin akan menghasilkan kehamilan pada hari-hari di mana terdapat lendir serviks dengan kesuburan tinggi, terdapat sensasi basah atau licin pada vulva, dengan lendir serviks yang transparan dan elastis. Jumlah lendir subur yang paling banyak terjadi satu atau dua hari sebelum hari puncak dan merupakan waktu dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Hari puncak hari terakhir ketika lendir yang subur ada sering bersamaan dengan waktu ovulasi. Pergeseran suhu menyakinkan bahwa ovulasi sedang terjadi. Pada waktu tingkat kesuburan maksimum, serviks tinggi, pendek, lurus, lembek, dan terbuka dan mengalirkan lendir yang subur.
Bila dalam 6 bulan setelah melakukan hubungn seksual secara teratur dalam masa subur namun tidak terjadi kehamilan, sebaiknya menemui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Suhu
Grafik suhu merupakan alat bantu penting untuk mendapatkan kehamilan bila digunakan dengan benar. Grafik ini tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya ovulasi, namun merupakan alat yang dapat diandalkan untuk mengkonfirmasikan adanya ovulasi.
grafik bifasik menunjukkan adanya ovulasi fase tidak subur setelah ovulasi kurang dari 9 hari mengindikasikan tidak terjadi kehamilan.
grafik monofasik menunjukkan tidak adanya ovulasi
peningkatan suhu yang kedua setelah peningkatan pertama setelah ovulasi atau peningkatan suhu lebih dari 20 hari mengindikasikan adanya kehamilan.
Lendir Serviks
Pengamatan lendir serviks merupakan alat yang paling akurat untuk menentukan waktu yang tepat melakukan hubungan seksual guna mengoptimalkan kesempatan memperoleh kehamilan. Metode ini penting untuk perempuan yang mempuunyai siklus tidak teratur.
Mencegah kehamilan
Pendekatan dengan kombinasi berbagai indikator, umumnya kombinasi suhu dan lendir merupakan metode yang sangat efektif, bahkan bila dilakukan dengan benar dapat mencegah kehamilan hingga 98%.
Berikut petunjuk untuk mencegah kehamilan:
1. Fase tidak subur sebelum ovulasi
Fase ini dapat dikenali dengan gejala pada lendir, tanda-tanda serviks, perhitungan kalender atau aturan Doering
a. Gejala pada lendir
Setelah menstruasi, hari-hari kering tanpa lendir merupakan fase tidak subur. Pada hari telah dikenali
adanya lendir, menandakan bahwa fase ini telah berakhir.
b. Tanda-tanda pada serviks
Pada hari-hari dimana terdapat serviks yang rendah, panjang, kaku, tertutup, dan miring menandakan
fase tidak subur. Pada hari pertama terjadi perubahan posisi dan tekstur menandakan adanya
berakhirnya fase ini.
c. Perhitungan kalender
Siklus yang terpendek dikurangi 20 merupakan hari terakhir masa tidak subur. Fase tidak subur
sebelum ovulasi dimulai dari hari pertama siklus sampai hari terakhir masa tidak subur hasil
perhitungan di atas.
d. Aturan Doering
Hari pertama terjadi perubahan suhu dikurang 7 merupakan hari pertama fase subur. Fase tidak
subur sebelum ovulasi dimulai dari hari pertama siklus sampai dengan hari pertama fase subur.
Aturan Doering dan perhitungan kalender ini sebaiknya berdasarkan informasi paling tidak 6 siklus.
2. Fase tidak subur setelah ovulasi
Fase tidak subur setelah ovulasi ini dikenali melalui suhu, ledir dan tanda-tanda pada serviks.
a. Suhu
Fase ini dimulai setelah tiga suhu pada tingkat yang tinggi tercatat, dengan memenuhi syarat sebagai
berikut:
o ketiga suhu yang tinggi tersebut merupakan suhu tanpa gangguan.
o Paling tidak salah satu minimal 0,2 ˚C atau lebih di atas garis horisontal
o Minimum terdapat 6 suhu di bawah garis horisontal.
b. Gejala pada lendir
Pada hari keempat setelah hari puncak.
c. Tanda-tanda pada serviks
Pada hari ketiga seteah serviks kembali pada kondisi tidak subur.
d. Metode Gejala dan suhu
Fase ini mulai setelah tiga suhu yang tinggi tercatat, dan suhu tersebut setelah hari puncak yang
ditunjukkan dengan gejala pada lendir.
Efektivitas fase tidak subur sebelum ovulasi
Hubungan seksual pada fase ini masih mempunyai resiko kehamilan meski tidak besar. Fase ini tergantung pada tingkat kesuburan sperma, karena bila sperma hidup pada lendir yang subur, masa hidup sperma akan memanjang.
Ovulasi dapat pula terjadi lebih awal daripada perkiraan. Pada perempuan dengan siklus yang pendek antara 21– 24 hari atau dengan mentruasi yang lama, lendir dapat timbul segera setelah menstruasi atau bahkan sebelum menstruasi selesai. Pada kasus seperti ini, hubungan seksual dapat menyebabkan kehamilan.
Efektivitas fase tidak subur setelah ovulasi
Perlu ditekankan bahwa fase tidak subur setelah ovulasi merupakan waktu paling aman untuk melakukan hubungan seksual bila ingin mencegah kehamilan. Jika saat ovulasi telah ditentukan, tidak ada resiko lebih lanjut untuk timbulnya kesuburan dalam siklus ini.
Kesimpulan
Dengan ketekunan dalam mengenali perubahan fisiologis siklus menstruasi, secara alamiah dapat mencegah kehamilan maupun merencanakan kehamilan, dengan efektifitas yang tinggi. Bahkan dengan mengetahui adanya kelainan dalam siklus (misanyal siklus anovulatoar), dapat diketahui adanya masalah infertilitas yang perlu penanganan lebih lanjut.
Sumber bacaan
sumber : http://www.mer-c.org/mc/ina/general/infokesehatan.htm
0 komentar:
Posting Komentar